Apakah posisi Ketua The Federal Reserve (FED) Powell terancam? Dilema Powell di tengah pertarungan politik dan ekonomi
Dunia politik AS kembali mengguncang, sebuah "skandal renovasi" yang tampaknya absurd sedang mendorong emosi pasar global menuju titik kritis. Trump memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Powell dengan hebat, berniat menggoyahkan posisinya sebagai ketua The Federal Reserve (FED). Apa sebenarnya konflik mendalam yang tersembunyi di balik permainan politik ini? Jika Powell benar-benar terpaksa mengundurkan diri, badai ekonomi apa yang akan muncul?
Tujuh Tahun Dendam: Dari Penunjukan hingga "Pemberontakan"
Perseteruan antara Powell dan Trump dapat ditelusuri kembali ke tahun 2018. Saat itu, Powell diangkat menjadi ketua The Federal Reserve (FED) oleh Trump, yang berharap dia dapat menerapkan kebijakan moneter yang longgar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun, harapan tersebut tidak terwujud.
Pada bulan Oktober tahun yang sama, Trump secara terbuka mengkritik Powell untuk pertama kalinya, menuduh The Federal Reserve (FED) menaikkan suku bunga terlalu cepat sebagai "ancaman terbesar". Sejak itu, perbedaan pendapat antara keduanya semakin terbuka, dengan perang kata-kata sekitar kebijakan moneter yang terus meningkat. Trump berkali-kali meminta penurunan suku bunga, sementara Powell tetap pada posisinya.
Memasuki musim pemilihan umum 2024, Trump semakin menjadi-jadi, sering kali menuntut Powell untuk mengundurkan diri. Namun, menurut hukum Amerika, presiden tidak memiliki hak untuk secara sepihak mencopot jabatan ketua The Federal Reserve (FED) karena perbedaan kebijakan, kecuali dapat membuktikan adanya tindakan "melanggar hukum atau kelalaian berat".
Pada bulan Juli tahun ini, kubu Trump secara mengejutkan melontarkan "bom besar": meminta Kongres untuk menyelidiki Powell dengan alasan "penyimpangan posisi politik" dan "memberikan pernyataan palsu di Kongres". Trump menuduh bahwa proyek renovasi gedung markas The Federal Reserve (FED) mencurigakan karena adanya pelanggaran serius, berusaha mencapai tujuan "menekan" di balik nama "renovasi".
Dilema Powell: Tekanan Ganda Politik dan Ekonomi
Saat ini, Powell menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tingkat ekonomi, ia terjebak dalam dilema antara tekanan inflasi dan pendinginan pasar tenaga kerja. Pemotongan suku bunga terlalu cepat dapat memicu ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, sementara melanjutkan kenaikan suku bunga dapat memicu gejolak pasar obligasi bahkan kepanikan finansial.
Di tingkat politik, tekanan terus-menerus dari Trump jelas memberikan tekanan besar kepada Powell. Menghadapi badai politik ini, Powell memilih untuk menghadapi tantangan. Dia tidak hanya meminta Inspektur Jenderal untuk terus memeriksa proyek renovasi kantor pusat, tetapi juga jarang berbicara melalui saluran resmi, menjelaskan secara rinci penyebab kenaikan biaya, dan membantah tuduhan "renovasi mewah."
Apa yang akan terjadi jika Powell mengundurkan diri?
Jika Powell benar-benar terpaksa mengundurkan diri, pasar keuangan global mungkin menghadapi gejolak serius. Beberapa ahli menganalisis bahwa ini dapat menyebabkan indeks dolar anjlok tajam, dan pasar pendapatan tetap mengalami penjualan besar-besaran. Dolar dan obligasi mungkin menanggung premi risiko yang berkelanjutan, dan investor juga mungkin khawatir tentang kesepakatan tukar mata uang antara The Federal Reserve (FED) dan bank sentral lainnya yang dipolitisasi.
Ada analisis yang menunjukkan bahwa, mengingat kondisi pembiayaan eksternal AS yang saat ini rapuh, pasar mungkin mengalami fluktuasi harga yang lebih tajam dan destruktif daripada yang diperkirakan. Kurva imbal hasil obligasi AS mungkin menjadi lebih curam karena para investor akan memperkirakan penurunan suku bunga, percepatan inflasi, dan melemahnya independensi The Federal Reserve (FED). Kombinasi faktor-faktor ini dapat membentuk "kombinasi mematikan" untuk depresiasi dolar.
Untuk aset berisiko, situasinya mungkin lebih kompleks. Meskipun Trump berhasil mengganti Powell, ketua baru mungkin tidak sepenuhnya dapat mengendalikan arah kebijakan The Federal Reserve (FED). Jika inflasi kembali naik, ketua baru pada akhirnya mungkin harus kembali ke jalur pengetatan.
Namun, jika The Federal Reserve (FED) menurunkan suku bunga lebih awal dalam situasi ekonomi yang relatif stabil dan tingkat pengangguran yang rendah, dalam jangka pendek dapat meningkatkan aset berisiko, termasuk pasar cryptocurrency. Namun, mengingat tingkat suku bunga saat ini masih tinggi, masih ada banyak likuiditas yang perlu dilepaskan dan pergerakan pasar masih menghadapi banyak ketidakpastian.
Keberadaan atau ketidakhadiran Powell tidak hanya berkaitan dengan posisi seseorang, tetapi juga mempengaruhi saraf pasar keuangan global. Permainan ini bukan hanya tentang persaingan kebijakan moneter, tetapi juga tentang perjuangan antara independensi The Federal Reserve (FED) dan intervensi politik. Apa pun hasilnya, akan memiliki dampak yang mendalam pada pola ekonomi global.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
8 Suka
Hadiah
8
6
Bagikan
Komentar
0/400
PonziDetector
· 07-18 01:50
The Federal Reserve (FED) mana ada independensinya?
Lihat AsliBalas0
CoffeeOnChain
· 07-17 23:10
Ekonomi akan baik-baik saja jika ada yang mengelolanya.
Lihat AsliBalas0
GasFeeSobber
· 07-17 23:01
Ada yang bilang, sebaiknya jangan campur tangan dalam politik dan keuangan.
Lihat AsliBalas0
NftDeepBreather
· 07-17 23:00
Siapa yang bisa mengendalikan mulut Trump?
Lihat AsliBalas0
ContractHunter
· 07-17 22:57
Berkelahi untuk kekuasaan lagi? Lebih brutal daripada harga koin.
Pertarungan politik VS independensi The Federal Reserve (FED) Dilema Powell memicu kekhawatiran pasar
Apakah posisi Ketua The Federal Reserve (FED) Powell terancam? Dilema Powell di tengah pertarungan politik dan ekonomi
Dunia politik AS kembali mengguncang, sebuah "skandal renovasi" yang tampaknya absurd sedang mendorong emosi pasar global menuju titik kritis. Trump memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Powell dengan hebat, berniat menggoyahkan posisinya sebagai ketua The Federal Reserve (FED). Apa sebenarnya konflik mendalam yang tersembunyi di balik permainan politik ini? Jika Powell benar-benar terpaksa mengundurkan diri, badai ekonomi apa yang akan muncul?
Tujuh Tahun Dendam: Dari Penunjukan hingga "Pemberontakan"
Perseteruan antara Powell dan Trump dapat ditelusuri kembali ke tahun 2018. Saat itu, Powell diangkat menjadi ketua The Federal Reserve (FED) oleh Trump, yang berharap dia dapat menerapkan kebijakan moneter yang longgar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun, harapan tersebut tidak terwujud.
Pada bulan Oktober tahun yang sama, Trump secara terbuka mengkritik Powell untuk pertama kalinya, menuduh The Federal Reserve (FED) menaikkan suku bunga terlalu cepat sebagai "ancaman terbesar". Sejak itu, perbedaan pendapat antara keduanya semakin terbuka, dengan perang kata-kata sekitar kebijakan moneter yang terus meningkat. Trump berkali-kali meminta penurunan suku bunga, sementara Powell tetap pada posisinya.
Memasuki musim pemilihan umum 2024, Trump semakin menjadi-jadi, sering kali menuntut Powell untuk mengundurkan diri. Namun, menurut hukum Amerika, presiden tidak memiliki hak untuk secara sepihak mencopot jabatan ketua The Federal Reserve (FED) karena perbedaan kebijakan, kecuali dapat membuktikan adanya tindakan "melanggar hukum atau kelalaian berat".
Pada bulan Juli tahun ini, kubu Trump secara mengejutkan melontarkan "bom besar": meminta Kongres untuk menyelidiki Powell dengan alasan "penyimpangan posisi politik" dan "memberikan pernyataan palsu di Kongres". Trump menuduh bahwa proyek renovasi gedung markas The Federal Reserve (FED) mencurigakan karena adanya pelanggaran serius, berusaha mencapai tujuan "menekan" di balik nama "renovasi".
Dilema Powell: Tekanan Ganda Politik dan Ekonomi
Saat ini, Powell menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tingkat ekonomi, ia terjebak dalam dilema antara tekanan inflasi dan pendinginan pasar tenaga kerja. Pemotongan suku bunga terlalu cepat dapat memicu ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, sementara melanjutkan kenaikan suku bunga dapat memicu gejolak pasar obligasi bahkan kepanikan finansial.
Di tingkat politik, tekanan terus-menerus dari Trump jelas memberikan tekanan besar kepada Powell. Menghadapi badai politik ini, Powell memilih untuk menghadapi tantangan. Dia tidak hanya meminta Inspektur Jenderal untuk terus memeriksa proyek renovasi kantor pusat, tetapi juga jarang berbicara melalui saluran resmi, menjelaskan secara rinci penyebab kenaikan biaya, dan membantah tuduhan "renovasi mewah."
Apa yang akan terjadi jika Powell mengundurkan diri?
Jika Powell benar-benar terpaksa mengundurkan diri, pasar keuangan global mungkin menghadapi gejolak serius. Beberapa ahli menganalisis bahwa ini dapat menyebabkan indeks dolar anjlok tajam, dan pasar pendapatan tetap mengalami penjualan besar-besaran. Dolar dan obligasi mungkin menanggung premi risiko yang berkelanjutan, dan investor juga mungkin khawatir tentang kesepakatan tukar mata uang antara The Federal Reserve (FED) dan bank sentral lainnya yang dipolitisasi.
Ada analisis yang menunjukkan bahwa, mengingat kondisi pembiayaan eksternal AS yang saat ini rapuh, pasar mungkin mengalami fluktuasi harga yang lebih tajam dan destruktif daripada yang diperkirakan. Kurva imbal hasil obligasi AS mungkin menjadi lebih curam karena para investor akan memperkirakan penurunan suku bunga, percepatan inflasi, dan melemahnya independensi The Federal Reserve (FED). Kombinasi faktor-faktor ini dapat membentuk "kombinasi mematikan" untuk depresiasi dolar.
Untuk aset berisiko, situasinya mungkin lebih kompleks. Meskipun Trump berhasil mengganti Powell, ketua baru mungkin tidak sepenuhnya dapat mengendalikan arah kebijakan The Federal Reserve (FED). Jika inflasi kembali naik, ketua baru pada akhirnya mungkin harus kembali ke jalur pengetatan.
Namun, jika The Federal Reserve (FED) menurunkan suku bunga lebih awal dalam situasi ekonomi yang relatif stabil dan tingkat pengangguran yang rendah, dalam jangka pendek dapat meningkatkan aset berisiko, termasuk pasar cryptocurrency. Namun, mengingat tingkat suku bunga saat ini masih tinggi, masih ada banyak likuiditas yang perlu dilepaskan dan pergerakan pasar masih menghadapi banyak ketidakpastian.
Keberadaan atau ketidakhadiran Powell tidak hanya berkaitan dengan posisi seseorang, tetapi juga mempengaruhi saraf pasar keuangan global. Permainan ini bukan hanya tentang persaingan kebijakan moneter, tetapi juga tentang perjuangan antara independensi The Federal Reserve (FED) dan intervensi politik. Apa pun hasilnya, akan memiliki dampak yang mendalam pada pola ekonomi global.